Kamis, 10 Oktober 2019

Jiwa yang mati

Jiwa jiwa yang mati
Meronta-ronta renggut raga
Leher terikat seutas tali
Tidur nyenyak di atas duka

Jiwa mati ini lahir dari sebuah tombak berselimut lara
menikam, menusuk, dan mati.
Seonggok tubuh itu belum mati, sedang menunggu ilahi.
Jiwanya telah pergi, mungkin kembali.

Sebongkah asa menjadi penantian,
Semoga kasih menjadi pemberhentian,
Semoga sayang menjadi harapan,
Semoga doa membawa jiwa yang mati pada Tuhan.

Nisa Nurlatifah
11 Oktober 2019

Hadiah untuk hari kesehatan mental sedunia 🌹

Sabtu, 14 September 2019

Usang

Aku adalah usang
Dan aku usang yang bersarang.
Kulitku termakan zaman
Rambutku senada dengan warna kafan.
Mungkin aku sudah dekat dengan ajal?

Aku pernah lajang sebelum usang
Lebih baik bujang
Daripada usang
Aku ingin pulang,
Pulang ke tanah liang
Dan usang menjadi hilang.


Nisa Nurlatifah
12 Septemberr 2019




Selasa, 10 September 2019

Kopi

Hitamnya pekat.
Bagai mata elangmu yang begitu memikat.

Hangat
Bagai senyum dibibirmu yang selalu teringat.

Pahit.
Seperti cerita kita yang begitu berbelit.

Kita adalah secangkir kopi.
Hitam dan hangatnya sama sepertimu, sedangkan pahitnya adalah kisah kita.

Nisa Nurlatifah
10 Desember 2018
Rumpang.

Kita adalah rumpang.
Ketika hati tidak lagi menjadi jalan pulang.
Sepasang sepatu itu kian mengusang.
Tuannya pun sudah lama hilang.

Semesta seakan bermain kepada kita.
Yang rumpang semakin runtuh,
Yang hilang semakin luruh,
Yang tak pulang semakin jauh.

Kemana tuan pergi?
Aku menunggu di tengah ilalang,
Ditemani malam terang,
dan setoples kunang-kunang.
Agar kita tidak lagi menjadi rumpang.

Nisa Nurlatifah
12 Desember 2018



Minggu, 17 Juni 2018


 
Cerita yang telah usai.

Kudengar kau telah menjadi sebuah buku. yang menceritakan aku, dengan segala kesedihanku. Kau datang bagaikan angan memasuki ruang hatiku yang sempat kosong, sunyi, dan tanpa berpenghuni. Kau dobrak pintu hati ini, sampai akhirnya pintu hati ini terbuka untukmu.

"Ah! sial, dengan mudahnya hati ini menerima kau masuk ke dalam ruang sunyi jauh di dalam relung hati yang paling dalam." kataku dalam hati.

Datang tanpa izin dan kini kau sudah terlanjur bersarang di hati ini. Dan kau tahu? Kau terlalu asik bermain di dalam nya sampai lupa kalau ini bukanlah taman bermain. Ini adalah hati, bukan tempat bermainmu yang bisa kau kunjungi setiap saat kau ingin mengunjunginya.

Terbang tinggi jauh di atas awan dan sampai akhirnya aku jatuh terplosok di lembah jurang yang gelap dan sunyi penuh dengan duka dan tangis pilu. Sakit, perih, sesak rasanya di hempaskan dari atas langit hingga aku terpental jauh jatuh di dasar lembah jurang yang hitam dan menakutkan. Apakah kau sadar? Aku hampir tidak bisa bangkit, ini terlalu manyakitkan. Aku sangat lelah berjalan sendiri dalam lembah jurang ini. Aku berteriak kencang di dalam hati ini "Sakit! sungguh sakit!" namun tetap tidak ada yang mendengar nya. Hanya aku yang bisa mendengarkan rintihan demi rintihan hati ini menjerit kesakitan. 

Keping demi keping aku mencoba kembali menyatukan hati yang sempat kau patahkan. Bangkit dan jauh meninggalkan lembah jurang yang menakutkan. Berharap akan bertemu dengan angan dan harapan yang baru. Sampai akhirnya aku sampai di puncak rasa lelahku. Mungkin teralalu lama aku berjalan di dalam lembah jurang itu. Ingin rasanya beristirahat sejenak namun terlalu berbekas rasanya jejak demi jejak yang kau pijaki di dalam hati ini. 

Jejak demi jejak itu pun perlahan mulai terhapuskan,walaupun belum sepenuhnya hilang. Sampai akhirnya  kau menginjakkan kakimu lagi di hati ini. Entah dengan alasan apa kau hadir lagi, Setelah sekian kali aku mencoba menyatukan serpihan hati ini dan mencoba menghapus jejak tentangmu. Dan sekarang kamu hadir lagi? Dengan luka yang baru lagi? Yang akan kau torehkan lagi?

Cukup! Cukup! Cukup sudah!”

Bahkan hati ini sudah tidak berbentuk lagi setelah kau patahkan hati ini berulang kali. Cukup sudah aku terlalu kesulitan untuk menyatukan nya lagi. Aku lelah, sungguh sangat lelah, sudah ya? aku menyerah. Aku benar-benar tidak sanggup lagi, tolong kamu pergi dari hati ini, jangan lupa tutup pintu hati ini rapat-rapat, agar tidak ada lagi semacam kau menyelinap masuk kedalam nya tanpa izin terlebih dahulu, sungguh kini aku sangat lelah.

Kini akan aku akhiri cerita ini, walaupun akhirnya tidak seperti apa yang aku harapkan. Tak apa, yang penting cerita ini akan usai dan aku akan menjadi peran utama atau bisa jadi tokoh yang paling tersakiti di dalam cerita ini. 

Walaupun begitu, ini akan menjadi penghujung akhir cerita yang indah. Karena aku akan menutup cerita ini dengan satu lukisan senyuman kecil di bibir ini. Ku tutup lembar demi lembar coretan ini. Kisah cerita yang telah usai, antara aku, kamu, dan sejuta sendu.

- Dari aku sang penutup cerita yang telah usai.

Nisa Nurlatifah

 

Semu, Pelangi, Dan Sejuta Sendu


 
Kau datang bagaikan semu
Kau datang membawa sejuta sendu     
Kau datang bersama hujan membuat tangisan pilu
Waktu demi waktu semu berubah menjadi pelangi 
Kau datang kembali dengan sunyi 

Bersama angin malam akhirnya kau melangkah pergi
Meninggalkan hati yang tersakiti dan kini hanya tersisa serpihan hati ini 
Melangkah pergi meninggalkan tempat singgah hati dulu
Mencoba membuat serpihan hati menjadi satu dan kembali menatap harapan baru 
Yakin pada sebuah titik temu dimana hati yang tersakiti akan menumukan sebuah angan dan harapan yang baru.

Nisa Nurlatifah
18 Juni 2018
 







Jumat, 15 Juni 2018

SEMU

Kau semu, ada tapi tidak nyata. 
Aku hanya sebatas penikmat semu yang kau buat selama ini, kau yang membuat semu itu ada. 
Kalau saja kau ada dan benar-benar nyata dalam hidupku, mungkin kau tak akan menjadi semu di dalam hidupku. 


Semu yang telah kau buat memaksakanku untuk tersadar dari pahitnya kenyataan, bahwa kau tak pernah benar-benar mencintaiku. Dan aku pun tersadar bahwa semu itu benar adanya. 
Aku harus terbangun dari mimpi indahku yang menginginkanmu untuk menjadi milikku. Dan saat aku terbangun aku harus menerima kenyataan itu. Kenyataan yang pahit dan kenyataan bahwa kau hanya semu bagiku. 

Adanya kau, aku paham apa artinya sebuah mimpi yang lebih indah dari pada sebuah arti kenyataan. Aku belajar bahwa semu itu ada namun tidak nyata. 


Nisa Nurlatifah
15 Juni 2018